Sabtu, 25 Desember 2010

olah raga yang murah dan praktiss.....

obat herbaluntuk penyakit kulit dll

DROP OIL habbatussauda...memang mujarab...najma buah hatiku sembuh dari berbagai keluhan sakit, seperti panas,batuk,flu,gangguan telinga...kulit ..termasuk terjatuh....semua teratasi dengan herbal yang satu ini...drop oil memang mantapp...Alhamdulillah...saatnya meninggalkan unsur kimiawi...

Sabtu, 18 Desember 2010

perkataan itu mencerminkan yang mengatakannya

wahai...sahabat sekalian
apapun yang kau katakan.
ingatlah...semuanya akan mendapat hisab Nya
dan apa yang katakan...
mencerminkan siapa diri kita...


berkatalah yang baik...
agar memang kita menjadi orang yang baik
bukan agar dinilai baik...

Kamis, 16 Desember 2010

skripsi "PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU PADA KEGIATAN BELAJAR DI TKA NURUL SAFAR


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan tentu memiliki filosofi dan ideologi tersendiri dalam pengembangan dunia pendidikan. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) sebagai wakil dari pemerintah, bertanggung jawab lebih terhadap pendidikan di Indonesia, terus berupaya menjalankan dan mengembangkan serta meningkatkan kualitas/ mutu Pendidikan Nasional dengan interprestasinya sendiri, jelas Ali Imran.(1995:20)
Secara umum tujuan makro pendidikan Nasional adalah membentuk organisasi pendidikan yang otonom, sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju pembentukan lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan tentunya memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan tangguh. Sedangkan tujuan mikronya adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika, memilki nalar, berkemampuan sosial dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.
Bila melihat dunia pendidikan secara umum saat ini, dimana mutu pendidikan di Indonesia bisa dikatakan rendah. Namun bila kita telaah lebih jauh mengenai penyebab kuarangnya mutu pendidikan adalah kurangnya kualitas guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru (kurang profesional) dan juga kurangnya penghargaan terhadap guru. Penghargaan ini sangat penting untuk memotivasi guru agar lebih mengembangkan dirinya. Pengharagaan ini dapat berupa pujian atau pembinaan kepada para guru yang pada akhirnya akan menumbuhkan semangat para guru dalam pembelajaran dan yang pasti dapat meningkatkan kualitas seorang guru yang pada muaranya akan meningkatkan kualitas siswa/ output/ sekolah secara umum.
Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai tanggung jawab dalam penyelengaraan pendidikan di sekolahnya, untuk menghantarkan sekolah menjadi sekolah yang berkualitas memenuhi apa yang diinginkan oleh pelanggannya.
Sebagai pemimpin pendidikan. Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan semangat kerja dan kerjasama yangharmonis, minat terhadap perkembangan dunia pendidikan, perkembangan kualitas professional guru-guru yang dipimpinnya, serta kualitas siswa atau sekolah secara umum banyak ditentukan oleh kualitas pemimpin sekolah (Kepala Sekolah).
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui proses pembelajran di sekolah. Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Menjadi guru adalah pilihan yang terbaik dalam posisi social seseorang. Guru memang pahlawan tanpa tanda jasa, guru digugu dan ditiru. Posisi guru dimasa reformasi ini telah diberikan perhatian yang cukup, karena aspirasi guru secara tertulis diakomodasi dalam UU Guru dan Dosen.
Dalam konteks Pendidikan , guru berada digarda terdepan. Menjadi guru yang berkualitas adalah guru yang mampu membuat perangkat pembelajran, mengelola pembelajaran, mampu mengembangkan dirinya sendiri atau mengikuti perkembangan dunia pendidikan agar tidak ketinggalan informasi/ zaman serta menguasai materi ajar sesuai dengan bidang yang digelutinya. Dalam artian seorang guru harus mempunyai kompetensi paedagogig, professional, kepribadian dan sosial. Dengan kompetensi yang demikian seorang guru akan mudah dalam menyampaikan materi ajar dan siswa akan mudah menyerap materi yang diperolehnya.
Peningkatan kualitas guru sekarang ini menjadi suatu keharusan. Untuk itu, guru-guru yang memang belum memenuhi persyaratan secara akademik, seperti diamanatkan Undang-undang Guru dan Dosen (UUGD) seharusnya menyesuaikan diri dengan segala kesadaran. Peningkatan dan sertifikasi memang sesuatu keharusan tidak bisa dihindari lagi. Demikian ditegaskan  Buchory MS , Rektor Universitas PGRI Yogyakarta (UPY).
Kualitas guru yang dibutuhkan pada era sekarang ini ialah seorang guru yang mampu dan siap berperan dalam lingkungan besar yaitu sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam mengembangkan lembaga pendidikan/ sekolah yaitu sebagai pemegang kendali.
Dari uraian dapat dikemukakan bahwa proses pengelolaan pendidikan di sekolah akan berjalan lancar apabila guru memiliki kualitas yang baik, tinggi rendahnya kualitas seorang guru dipengaruhi oleh pembinaan kepala sekolah terhadap para guru.
Menurut pengamatan sementara peneliti bahwa kualitas guru di TKA Nurul Safar belumlah sepenuhnya baik, karena kurangnya fasilitas yang memadai yang disediakan oleh sekolah. Dari sini kepala sekolah harus berusaha untuk meningkatkan kualitas guru dan juga fasilitas yang menunjang.
Melihat peran kepala sekolah yang boleh dikatakan begitu urgen dalam sebuah lembaga pendidikan, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai kebenaran yang ada, shingga penulis mengambil judul peran kepala sekolah dalam  meningkatkan kualitas guru pada kegiatan belajar mengajar di TKA Nurul Safar.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan dari latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru di Taman Kanak-kanak Al Qur’an Nurul Safar ?
2.      Bagaimana kualitas guru di Taman Kanak-kanak Al Qur’an Nurul Safar ?
3.      Bagaimana peran kepala sekolah dan guru di Taman Kanak-kanak Al Qur’an  Nurul Safar ?
C.  Tujuan Penelitian
1.        Untuk mengetahui gambaran peran kepala sekolah di Taman Kanak kanak Al Qur’an Nurul Safar
2.         Untuk mengetahui gambaran kualitas guru di Taman Kanak-kanak
       Al Qur’an Nurul Safar
3.   Untuk mengetahui gambaran peran kepala sekolah terhadap kualitas guru    di Taman Kanak-kanak Al Qur’an Nurul Safar.
D.  Manfaat Penelitian
1.      Bagi peneliti
Memberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru, khususnya guru di bidang pendidikan akhlaq di sebuah lembaga pendidikan
2.      Bagi kepala sekolah
Menjadi masukan untuk selalu melakukan pembinaan terhadap guru serta mencari inovasi-inovasi untuk perkembangan, kemajuan dan kualitas sekolah agar tercapai tujuan sekolah secara khusus dan tujuan pendidikan secara umum
3.      Bagi para guru
Dapat dijadikan evaluasi untuk selalu berusaha mengembangkan diri sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta untuk mencapai kualitas/ profesionalitas dalam pembelajaran.

E.  Kerangka Pemikiran
Penelitian ini berdasarkan Al Qur’an surat An Nisaa ayat 9

Artinya :
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. 4:9) (DEPAG RI : 116)

Jelas diterangkan dalam surat ini, bahwa sudah sepantasnyalah kita merasa resah dan takut apabila, kita meninggalkan generasi yang lemah baik itu lemah fisiknya maupun lemah pemikirannya.
Dengan adanya keterangan di dalam Al Qur’an yang menjadi pedoman hidup manusia, bahwa pendidikan secara umum tiada lain adalah merupakkan hasil peradaban sutu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat dan pandangan hidupnya, hingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga dalam masyarakatnya. Dengan demikian maka terjadilah filsafat pendidikan yang menjadi dasar cara bangsa berfikir, berperasaan dan berkelakuan yang menentukan bentuk sikap hidupnya. Proses pelaksanaan pendidikan itu dilakukan secara terus menerus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan penuh keinsyafan dan kesadaran. Dengan demikian pendidikan harus dilaksanakan dengan benar dan sesuai dengan pedoman dan contoh dari Rasulullah Saw. Didalam qur’an surat Al Hijr ayat 94 – 95 Allah berfirman  ÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚÌôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ   $¯RÎ) y7»oYøxÿx. šúïÏäÌöktJó¡ßJø9$# ÇÒÎÈ  


Artinya :
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),(QS. 15: 94-95)(DEPAG RI)
       Di dalam ayat tersebut yaitu tentang usaha Rasulullah untuk mengembalikan kaum Quraisy kepada ajaran tauhid untuk sementara dapat dikatakan gagal. Seruan kepada mereka seharusnya bukan dengan jalan tabligh dan dakwah, tapi harus dengan kekuatan yang seimbang dengan kekerasan kepala mereka serta sikap permusuhan mereka terhadap Rasul dan Islam. Dengan demikian berarti di dalam pendidikan itu harus disampaikan secara benar dan seorang pendidik harus mengetahui kebutuhan anak didiknya satu persatu, mulai dari cara belajar anak didik yang baik, keprofesionalan guru dalam mengajar, metode guru dalam penyampaian materinya dan unsur-unsur lainnya yang dapat menunjang akan keberhasilan dalam pendidikan.
Mengutip perkataan pakar pendidikan Arif Rachman (2009:14), beliau mengatakan bahwa, di masa sekarang ini belajar berarti learn to know, learn to do, learn to be dan learn together, penulis menyimpulkan belajar untuk mengetahui sesuatu, belajar untuk dapat melakukan sesuatu, belajar untuk menjadikan seseorang dan belajar untuk bersama-sama.
Jelas diterangkan bahwa siapapun jika ingin belajar, maka tidak hanya dirinya yang akan berkembang namun orang-orang di sekitarnya pun akan merasakan efek dari pembelajaran yang dilakukan.
Sebagai seorang guru sudah seharusnya menggali seluruh potensinya agar dapat diaplikasikan dalam mengemban tugasnya di sekolah, di masyarakat dan dimanapun ia berada.
Dengan dukungan yang optimal dari seorang kepala sekolah, akan membantu terciptanya kualitas guru-guru yang diharapkan dan mampu bersaing di kancah pendidikan. Guru dan kepala sekolah harus menciptakan suasana kerja yang harmonis dan dinamis sehingga satu sama lain dapat saling mendukung dalam peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar. Karena jika sudah tercipta suasana yang mendukung, maka masing-masing akan mengemban tugasnya dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab, sehingga mampu menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan kualitas guru dan sekaligus kualitas kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah.
Suasana yang harmonis dan dinamis ini merupakan salah satu faktor pendukung dalam mengembangkan atau meningkatkan kualitas guru dalam kegiatan belajar mengajar, karena dengan suasana yang menyenangkan aktivitas seorang guru akan meningkat sehingga akan meningkatkan kualitas dalam kegiatan belajar mengajar.



F.   Langkah - langkah Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian tersebut maka langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Data dan sumber data
a.       Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di TKA Nurul Safar yang beralamat di Jl. Ibrahim Adjie Gg. Lumbung I No. 18 Buah Batu Bandung. Alasan memilih lokasi tersebut karena letak lokasi penelitian yang mudah dijangkau dari tempat tinggal peneliti, hanya berjarak tempuh kurang lebih tiga puluh menit dari tempat tinggal peneliti. Dan juga karena di lokasi tersebut sangat strategis dengan kondisi masyarakat sekitar, yang kebanyakan adalah keluarga muda yang memiliki anak anak dibawah usia lima tahun, sehingga mampu menjadi salah satu faktor dalam rangka mengembangkan kualitas sekolah.
b.      Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. Dibawah ini akan dijelaskan kedua macam data tersebut.
1)      Data primer adalah data langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertama yaitu kepala sekolah dan elemen yang terkait. Dalam hal ini sumber pertama atau data primer dari penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru.
2)      Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti-peneliti dari bahan kepustakaan sebagai penunjang dari data pertama. Data ini berupa dokumen sekolah, atau referensi yang terkait dengan penelitian.
Sumber data diatas dapat diperoleh dari beberapa hal sebagai berikut :
1)      Person yaitu data yang dapat memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara yaitu kepala sekolah dan guru di TKA Nurul Safar.
2)      Place atau tempat adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak dan keadaan keduanya obyek untuk penggunaan metode observasi yaitu bangunan Sekolah TKA Nurul Safar.
3)      Data tertulis adalah sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Ini digunakan pada metode dokumentasi.
2.      Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode Deskriptif  Kualitatif, yang artinya adalah deskriptif yaitu sesuai dengan kondisi sebenarnya, sedangkan kualitatif yaitu memiliki cakupan yang sangat luas. Secara umum, metode penelitian kualitatif dibedakan atas dua dikotomi besar, yaitu eksperimental dan noneksperimental. Eksperimental dapat dipilah lagi menjadi eksperimen kuasi, subjek tunggal dan sebagainya. Sedangkan noneksperimental berupa deskriptif, komparatif, korelasional, survey. Dalam metode deskriptif, peneliti bias saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli menamakan metode ini dengan nama survey normatif (normative survei). Dengan metode ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan memilih hubungan antara satu faktor  dengan factor yang lain. Karenanya metode ini juga dinamakan studi kasus (status study).
Tujuan penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Melaksanakan penelitian deskriptif, melalui langkah-langkah umum yang sering diikuti adalah sebagai berikut :
a.         Memilih dan merumuskan msalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
b.         Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah.
c.         Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.
d.        Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit.
e.         Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, menggunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
f.          Memberikan interprestasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Skripsi ini ditulis berdasarkan studi lapangan dan studi perpustakaan. Metode ini digunakan dengan menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum.
a.       Studi Perpustakaan
Studi perpustakaan adalah suatu metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengembangkan penelitian dengan cara mengambil teori-teori yang terdapat dalam pustaka atau buku-buku sebagai referensi yang dapat menunjang penelitian yang dilakukan, terutama mengenai pendidikan anak di usia dini.
b.      Interview / wawancara
Interview/ wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak atau lebih. Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada jenis teknik wawancara, khusunya wawancara mendalam (deep interview). Rulan Ahmadi mengutip dari Guba dan Lincoln menyatakan bahwa tehnik pengumpula data yanf khas bagi penelitian kualitatif. Jadi secara tidak langsung penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam.
Namun metode wawancara mendalam terbagi menjadi tiga macam yaitu wawancara terstruktur, wawancara tidak terstruktur dan wawancara terbuka terstandar. Setelah melihat dari pengertian ketiganya kemudian menimbangnya, peneliti menggunakan wawancara secara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah model pilihan jika pewawancara mengetahui apa yang tidak diketahuinya dan oleh karenanya dapat membuat kerangka pertanyaan yang tepat untuk memperolehnya. Dalam wawancara terstruktur pertanyaan ada di tangan pewawancara dan respon terletak pada responden.
Dalam wawancara ini yang menjadi sasaran wawancara adalah kepala sekolah dan guru . Dalam wawancara dengan kepala sekolah pertanyaan-pertanyaan lebih difokuskan pada peran kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah baik output/ anak didik, guru dan seluruh lingkungan sekolah. Namun dalam hal ini lebih ditekankan pada bagaimana usaha dan peran kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas guru yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kualitas output/ anak didik ataupun kualitas sekolah.
Sedangkan wawancara kepada guru lebih difokuskan pada bagaimana kualitas guru pendidikan akhlaq di TKA Nurul Safar dan peran serta yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru.
c.       Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, yang tidak dipersiapkan karena ada permintaan seorang penyidik. Dokumen itu dapat berupa arsip-arsip, atau rekaman yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode ini digunakan untuk menjawab pertanyaan apa, kapan, bagaimana dan dimana.
d.      Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian dilakukan pencatatan. Pada dasarnya teknik observasi digunakan utnuk melihat atau mengamati perubahan fenomena dan gejala sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian. Bagi observer bertugas melihat obyek dan kepekaan mengungkap dan membaca permasalahan moment-moment tertentu dengan dapat memisahkan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
Karena metode observasi ini terdiri dari dua macam yaitu observasi partisipan dan non partisipan. Maka dengan berbagai pertimbangan, kami dalam penelitian ini menggunakan metode observasi non partisipan seorang pengamat bisa melakukan pengumpulan data tanpa harus melibatkan diri langsung kedalam situasi dimana peristiwa itu berlangsung. Sedangkan yang menjadi obyek observasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan lingkungan sekolah. Dan yang menjadi sasaran observasi adalah peran kepala sekolah, guru dan situasi sekolah dalam rangka untuk mendapatkan kelengkapan penelitian.
4.      Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah upaya mengorganisasikan dan mengurutkan data secara sistematis catatan hsail observasi, wawancara dan lainnya untuk menignkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bogdan dan Bikken bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Data yang terdapat dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang dihasilkan melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Selanjutnya data-data tersebut dinyatakan dalam bentuk narasi deskriptif untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh subyek.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menggambarkan kejadian, yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi selama penelitian yang dilakukan di TKA Nurul Safar secara sistematis.Penerapan teknis analisis deskriptif dilakukan melalui langkah reduksi data yaitu merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan- pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya.
Reduksi adalah salah satu bentuk analisis yang menajamkan dan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan  mengorganisasikan data sedemikian rupa, sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan di verifikasi.













I.     SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mempermudah pemahaman dalam penyusunan skripsi, maka sistematika yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
*        BAB I
Dalam bab awal ini disajikan gambaran umum pola piker seluruh isi dalam skripsi, antara lain : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, langkah penelitian.
*        BAB II
Pada bab yang kedua berisi landasan teori mengenai masalah dalam penelitian, yaitu peran kepala sekolah dan kualitas guru dalam kegiatan belajar mengajar.
*        BAB III
Pada bab yang ketiga berisi penyajian seluruh hasil penelitian mengenai peran kepala sekolah sebagai upaya peningkatan kualitas guru dalam kegiatan belajar mengajar di TKA Nurul Safar Bandung
*        BAB IV
Pada bab yang terakhir ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran- saran dan kritik yang membangun untuk kebaikan skripsi.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG : PERAN KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI TKA NURUL SAFAR.

A.  Pengertian tentang  Peran
Kata peran dapat dijelaskan dalam beberapa cara, pertama, suatu penjelasan historis menyebutkan, konsep peran semula dipinjam dari keluarga drama atau teater yang hidup subur pada jaman Yunani Kuno (Romawi). Dalam arti ini, peran menunjuk pada karakteristik yang disandang untuk dibawakan oleh seseorang aktor dalam sebuah pentas drama. Kedua, suatu penjelasan yang menunjuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakteristik (posisi) dalam struktur sosial. Ketiga, suatu penjelasan yang lebih bersifat operasional, menyebutkan bahwa peran seorang aktor adalah suatu batasan yang dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama-sama berada dalam satu “penampilan unjuk peran (role performance)
Pada dasarnya ada dua paham yang dipergunakan dalam mengkaji teori peran yakni paham strukturisasi dan paham interaksionis. Paham strukturisasi lebih mengkaitkan antara peran-peran sebagai unit cultural, serta mengacu ke perangkat hak dan kewajiban, yang secara normatif telah dicanangkan oleh sistem budaya. Sistem budaya tersebut, menyediakan suatu sistem posisional, yang menunjuk pada suatu unit dari struktur sosial, yaitu suatu “…………….location in a system of social relationship”. Pada intinya, konsep struktur menonjolkan suatu konotasi pasif-statis, baik pada aspek permanensasi maupun aspek saling-kait antara posisi satu dengan lainnya.
Paham interaksionis, lebih memperlihatkan konotasi aktif-dinamis dari fenomena peran, terutama setelah peran tersebut merupakan suatu perwujudan peran (role performance), yang bersifat lebih hidup serta lebih organis, sebagai unsur dari sistem sosial yang telah diinternalisasi oleh self dari individu pelaku peran. Dalam hal ini, pelaku peran menjadi sadar akan struktur sosial yang didudukinya. Karenanya ia berusaha untuk selalu Nampak “mumpuni” dan dipersepsi oleh pelaku lainnya sebagai “tak menyimpang” dari sistem harapan yang ada dalam masyarakatnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku seseorang sangat diwarnai oleh banyak faktor, serta persepsinya tentang faktor-faktor tersebut. Persepsi yang dimiliki itu pulalah yang turut menentukan bentuk sifat dan intensitas peranannya dalam kehidupan organisasional. Tidak dapat disangkal pula, bahwa manusia sangat berbeda-beda, seorang dengan yang lainnya, baik dalam arti kebutuhannya bagi kategori umum maupun dalam niatnya yang kesemuanya tercermin dalam kepribadian masing-masing.
Keanekaragaman kepribadian itulah, justru yang menjadi salah satu tantangan yang paling berat untuk dihadapi oleh setiap pimpinan dan kemampuan menghadapi tantangan itu pulalah salah satu indikator terpenting, bukan saja dari pada efektivitas kepemimpinan seseorang akan tetapi juga mengenai ketangguhan organisasi yang dipimpinnya.
Istilah peran merupakan terjemahan dari kata “function”, “job”, atau “work”. Stogdill dalam Gaya Kepemimpinan Pendekatan Bakat Situasional (Rustandi; 1985: h. 46) menyimpulkan bahwa peran pemimpin menurut teori klasik meliputi :
a.       Perencanaan
b.      Pengorganisasian
c.       Pengendalian
Dalam implementasinya kadang-kadang ditambahkan dengan koordinasi, supervise, dan motivasi tetapi tambahan itu sesungguhnya hanya merupakan perincian dari peran pengendalian.
Penganut behaviorisme berdasarkan pada penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa peran pemimpin adalah :
a.       Menetapkan tujuan dan menegaskan arah untuk mencapai tujuan
b.      Melengkapi sarana untuk mencapai tujuan
c.       Melengkapi dan menegaskan tatanan organisasi
d.      Memberikan fasilitas untuk melaksanakan kegiatan dan mengadakan hubungan antar kegiatan
e.       Memberikan fasilitas kepada kelompok dalam melaksanakan tugasnya.
Menarik sekali sebuah artikel yang ditulis oleh Henry Mintzberg yang berjudul The Manager’s Job Folklor and Fact (Rustandi : 1985 : h. 47). Adalah Fayol yang untuk pertama kalinya menyatakan, bahwa peran pemimpin meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.
Mintzberg dalam Gaya Kepemimpinan – Pendekatan Bakat Situasional     ( Rustandi: 1985 : h.47), dengan artikelnya hendak membuktikan bahwa pendapat Fayol itu hanya dongeng belaka, yang tidak sesuai dengan kenyataan. Empat mitos yang selama ini dipercayai sebagai kebenaran, dengan sengit dipertanyakan oleh Mintzberg, yaitu :
1.      Benarkah pemimpin itu seorang perencana yang reflektif dan sistematik?
2.      Benarkan pemimpin yang efektif tidak mempunyai tugas regular untuk dikerjakannya sendiri?
3.      Benarkah pemimpin tingkat tinggi memerlukan informasi menyeluruh, yang diolah dan disajikan oleh system informasi managemen formal?
4.      Benarkan manajemen adalah ilmu dan profesi, setidak-tidaknya dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Berdasarkan hasil penelitiannya, yang dilakukan dengan jalan Mintzberg, membukitkan ketidakbenran empat mitos yang dipertanyakan itu, dengan argument sebagai berikut:
Pertama, tidak tepat jika dikatakan, bahwa pemimpin adalah perencana yang reflektif dan sistematik. Penelitiannya membuktikan bahwa pemimpin tidak menyukai cara berfikir yang reflektif ( merenungkan dan mengendapkan dulu ). Mereka lebih menyukai menanggapi langsung setiap rangsangan yang dihadapinya. Ia pun bukan perencana yang sistematik. Kegiatan perencanaan rata- rata kurang dari 1% dari seluruh kegiatan yang dilakukannya. Kegiatannya lebih banyak bersifat rutin, bermacam-macam dan tidak berkesinambungan.
Kedua, tidak benar pendapat yang menyatakan, bahwa pemimpin tidak mempunyai tugas regular. Teori klasik menggambarkan pemimpin menggunakan sebagian besar waktunya untuk tugas perencanaan. Ia tidak melakukan sendiri tugas rutin tertentu dan melimpahkan tugas itu kepada anak buahnya. Ia ibarat konduktor orchestra yang merupakan jantung organisasi, yang cukup mengendalikan semua alat musik dengan santai. Kenyataan membuktikan, pemimpin mempunyai berbagai tugas rutin, termasuk tugas-tugas seremonial, membuat perundang- perundangan dalam memproses informasi yang menghubungkan organisasi dengan pihak luar.
Ketiga, tidak benar pemimpin selalu mendasarkan keputusannya kepada sistem informasi manajemen formal. Management Information System (MIS) seringkali tidak dimanfaatkan oleh pemimpin.
Keempat, adalah bukti pernyataan yang berbunyi, bahwa manajemen (baca kepemimpinan) adalah ilmu yang profesi. Kenyataan membuktikan bahwa kegiatan pemimpin untuk menjadwalkan waktu, mengolah informasi dan membuat keputusan tetap berada di dalam otaknya. Ia bertindak lebih berdasarkan intuisinya daripada ilmu kepemimpinan.
B.  Peran Kepala Sekolah
Peran kepala sekolah sebagai pemimpin, supervisi dan administrator mencakup beberapa hal dibawah ini, yaitu sebagai berikut :


1. Kepala Sekolah Selaku Pimpinan
·      Menyusun perencanaan
·      Mengorganisasikan kegiatan
·         Mengkoordinasikan kegiatan
·         Melaksanakan pengawasan
·         Melakukan Evaluasi terhadap kegiatan
·         Menentukan kebijaksanaan
·         Mengadakan rapat
·         Mengambil keputusan
·         Mengatur proses belajar mengajar
·         Mengatur administrasi: Ketatausahan, siswa, ketenagaan, sarana dan prasarana, keuangan/RAPBS
·         Mengatur OSIS
·         Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait
2. Kepala Sekolah Selaku Administrator Menyelenggarakan Administrasi:
·      Perencanaan
·      Pengorganaisasian
·      Pengarahan
·      Pengkoordinasi
·      Pengawasan
·      Kurikulum
·      Kesiswaan
·      Ketata Usahaan
·      Ketenangan
·      Kantor
·         Keuangan
·         Perpustakaan
·         Laboratorium
·         Ruang keterampilan
·         Binmbingan konseling
·         UKS
·         OSIS
·         Serbaguna
·         Media
·         Gudang
3. Kepala Sekolah Selaku Supervisor Bertugas Menyelenggarakan Supervisi Mengenai:
·           Proses belajar mengajar
·           Kegiatan bimbingan dan konseling
·           Kegiatan Ekstra kulikuler
·           Kegiatan Ketata usahaan
·           Kegiatan kerja sama dengan masyarakat dan instansi terkait
·           Kegiatan OSIS
·           Sarana dan prsarana
C.  Peran Guru
Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia, kehadiran guru sebagai peserta didik ibarat sebuah lilin yang menjadi penerang tanpa batas tanpa membedakan siapa yang diterangi nya demikian pula terhadap peserta didik. Tetapi, dalam mengemban amanah sebagai seorang guru, perlu kiranya tampil sebagai sosok profesional. Sosok yang memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan, sosok yang dapat memberi contoh teladan dan sosok yang selalu berusaha untuk maju, terdepan dan mengembangkan diri untuk mendapatkan inovasi yang bermanfaat sebagai bahan pengajaran kepada anak didik.
Peran guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya berhenti sebagai pemegang tonggak peradaban saja, melainkan juga sebagai rahim peradaban bagi kemajuan zaman. Karena dialah sosok yang berperan aktif dalam pertransferan ilmu dan pengetahuan bagi anak didiknya untuk dijadikan bekal yang sangat vital bagi dirinya kelak. Bahkan yang lebih penting di samping itu, mereka mampu mengembangkan dan memberdayakan manusia, untuk dicetak menjadi seorang yang berkarakter dan bermental baja, agar mereka tidak minder dalam menghadapai masalah dan dapat bersikap layaknya seorang ksatria.
Seorang guru tidak dapat diremehkan di dalam bidang apapun, baik yang bersifat pendidikan maupun yang lainnya. Tetapi untuk mencari dan menjadi guru yang seperti itu tidaklah semudah membalikan telapak tangan, melainkan membutuhkan etos dan spirit perjuangan yang luar biasa. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Frederic Wilhelm Nietzsche, seorang filsuf terkemuka abad postmodern. Dia menuturkan bahwa seorang guru sejati adalah mereka yang tidak memikirkan segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri, kecuali muridnya. Dari sini dapat kita tarik kesimpulan bahwa seorang guru yang benar-benar patut dijadikan tauladan adalah mereka yang terfokus pada anak didiknya, demi tercapainya pencerahan. Karena bagaimanapun juga anak didik adalah cikal bakal maju mundurnya sebuah bangsa. Kemana bangsa ini akan diarahkan itu tergantung pada mereka.
1.      Profesionalitas Guru
Masalah pelik yang sering kita hadapi selama ini adalah status guru tidak lagi diindahkan oleh pemegang status itu sendiri. Mereka menjadikan eksistensi guru sebagai profesi. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, banyak orang yang menjadi guru hanya sebagai alternative atau pelampiasan (jalan keluar mencari nafkah) saja. Guru semacam inilah yang berbahaya, karena mereka tidak mampu membentuk karakter dan mencerdaskan anak didiknya, tetapi mereka malah justru cenderung menguras harta Negara. Di samping itu, demi terisinya mata pelajaran, sekarang ini dari pihak sekolah sering kali salah kamar dalam menempatkan posisi guru sebagai pemegang mata pelajaran. Hal itu menjadi sebab utama rapuhnya pendidikan bangsa ini, karena kurangnya profesionalitas tenaga pengajar.
Tak dapat dipungkiri, benturan financial seringkali menjadi masalah ketika para guru ingin mengembangkan aspek pengetahuan mereka. Terlebih aspek pengembangan karir dengan cara menimba ilmu ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, sebagai seorang yang harus lebih pintar dan lebih pandai dari anak didiknya, mau tak mau cara ini harus di tempuh para guru. Dengan kata lain, meningkatkan profesionalisme itu memang harus di iringi dengan sekolah lanjutan setelah memiliki gelar sarjana ke pendidikan. Ikut ambil bagian dalam bebagai kegiatan seminar kependidikan, diskusi dengan pakar-pakar ilmu pengetahuan dan lain sebagainya termasuk cara untuk mencerdaskan diri disamping menuntut ilmu secara formal. Tentu saja kearifan dan kebijaksanaan dalam proses memenej penghasilan sangat di butuhkan dalam rangka mempersiapkan pendanaan untuk mendapatkan pendidikan kelanjutan. Tidak sedikit para doctor, professor atau sarjana lanjutan lainya yang memenej keuanagan mereka demikian rupa, sehingga mampu menyelesaikan pendidikan hingga akhirnya benar-benar tampil sebagai seorang pendidik yang memiliki profesi yang di banggakan.
Setelah itu para guru akan lebih mempunyai peluang dan harapan untuk mendepatkan posisi tawar dari berbagai aspek, yang akhirnya mendapatkan finasial yang lebih tinggi dari keberadaan mereka semula yang hanya mengandalkan kemampuan mengajar. Lembaga pendidikan kursus juga menunggu para pendidik yang ahli di bidangnya. Sehingga orang-orang yang professional akan mengandalkan kemampuannya untuk mendapatkan financial yang berdampak pada kesejahteraan hidup keluarganya. Kemajuan zaman akan menggiring manusia yang professional lebih memposisikan diri sesuai ilmu dan kemampuan mereka masing-masing. Jika tidak, semua orang akan tertinggal, terutama para guru.

2.      Mengurangi Masalah Guru
Masalah yang paling vital yang sedang merajalela di kalangan guru sekarang ini adalah kurangnya keseriusan pemerintah dalam menjaga dan melindungi martabat eksistensi guru, baik itu guru tetap, negeri, swasta maupun honorer. Sekarang eksistensi guru swasta sangat memprihatinkan, seolah-olah mereka adalah anak tiri yang lagi diterlantarkan oleh pemerintah. Hal tersebut pada kenyataannya banyak di sekolah-sekolah swasta yang tidak mampu untuk membiayai guru-gurunya, sehingga yang terjadi adalah berkurangnya kualitas guru, bahkan tidak menutup kemungkinan eksistensi sekolah itu akan berakhir dengan tragis dan memalukan.
Eksistensi guru sebagai manusia tidak mungkin lepas dari ketergantungannya pada orang lain. Artinya, keberadaan guru sebagai manusia pasti mempunyai keluarga yang harus dicukupinya, sebab untuk mencukupinya itu pasti memerlukan sesuatu, termasuk uang. Jika kebutuhan itu sulit untuk dicapainya, maka secara otomatis konsentrasinya dalam belajar akan berkurang, dan hal ini berdampak pada kualitas pengajarannya yang berimbas pada murid.
Isu yang marak saat ini adalah mengenai sertifikasi, yaitu dengan adanya sertifikasi ini diharapkan kualitas guru juga semakin meningkat. Tapi melihat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, rasanya akan sulit mengharapkan peningkatan kulaitas guru. Persyaratan tersebut sepertinya tidak ada yang berhubungan langsung dengan peningkatan kualitas guru.
Hal-hal yang harus dilakukan adalah pembenahan terhadap prosesnya. Guru-guru yang akan mengikuti proses sertifikasi hendaknya tidak hanya berkutat dengan persyaratan yang bersifat edministratif semata, tapi juga yang berhubungan langsung dengan peningkatan kualitas intelektualitasnya. Untuk itu pemerintah menambahkan persyaratn lain seperti jumlah siswa bimbingan yang berprestasi. Dengan demikian, sertifikasi tidak semata syarat belaka,memang mampu menjadi landasan dalam peningkatan kualitas guru. Selanjutnya, dengan sertifikasi tersebut para guru yang telah lulus diberikan tunjangan yang sangat besar serta dibayarkan secara rutin setiap bulan. Bukan pertriwulan atau bahkan persemester.
Menurut Masruri (2006), guru terbagi dalam empat klasifikasi. Pertama, guru dasar. Mereka yang termasuk kategori itu adalah yang dilahirkan untuk menjadi guru. Dia bersahaja dan santun dalam perbuatan. Kedua, guru bayar. Itu adalah kelompok guru yang selalu perhitungan terhadap waktu dan tenaga yang dikeluarkan. Bagi dia, profesi adalah mesin pencental uang. Ada kesan materialistis yang dominan. Ketiga, guru nyasar. Mereka menjadi guru sebagai pelarian, mungkin salah jurusan atau tidak mendapatkan pekerjaan di profesi lain. Kelompok tersebut masih bias diluruskan bila kompetensi dan kemauan dirinya terus di upgrade. Keempat, guru benar. Itu merupakan yang niatnya benar dan tepat dalam empat hal. Yakni, waktu, biaya, tenaga, dan kualitas. Mereka tulus mengabdi demi tugas mulia mencerdaskan bangsa. Spirit berkobar, tak peduli orang berkomentar.

3.      Tantangan Profesionalitas Guru
Menjadi seorang guru atau pendidik sering dihadapakan dengan berbagai tantangan, hanya mereka yang kuat yang mampu bertahan dan mampu terus berjuang mengemban amanah. Menjadi guru yang professional membutuhkan sikap mental yang kuat dan sehat. Berikut adalah cirri-ciri guru yang mampu menjalankan profesinya secara profesional adalah :
1.      Ahli di bidang teori dan praktek keguruan
2.      Senang memasuki organisasi profesi keguruan
3.      Memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai
4.      Melaksanakan kode etik guru
5.      Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab
6.      Memiliki rasa pengabdian kepada masyarakat
Tantangan profesionalisme guru pengesahan undang-undang guru dan  dosen nomor  14 tahun 2005 menjadi penanda bahwa profesi guru tidak hanya sebatas pengabdian dengan jaminan kesejahteraan minim. Dengan keberadaan UU ini, guru adalah orang yang betul-betul professional dengan jaminan kesejahteraan memadai. Profesionalisme dalam arti dasar adalah ketika seorang bekerja sesuai dengan basis pendidikannya masing-masing. Di masyarakat kita sering ditenui guru jadi jadian, yang Masruri mengatakan guru nyasar. Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi yang memiliki profesi guru sebenarnya.


D.      Kegiatan Belajar Mengajar
Membahas isu-isu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) penulis perlu membahas secara lebih dalam isu-isu dan prioritas untuk pendidikan yang bermutu dan tujuannya KBM dalam proses mengarah ke pendidikan yang bermutu. Apakah tujuan KBM adalah untuk menyampaikan informasi tertentu (pengetahuan) atau mengajar salah satu "skill" (keterampilan) kepada pelajarnya.
Penulis masih ingat pada waktu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) baru muncul di Indonesia secara formal. Di lapangan banyak guru sedang bingung. Bingung karena ada beberapa hal termasuk banyak kompetensi yang disebut dalam kurikulum yang bukan kompetensi, atau sangat sulit diukur. Salah satu masalah besar adalah guru-guru bingung karena mereka tidak dapat percaya bahwa mereka akan punya cukup waktu untuk mengajar les masing-masing untuk menyampaikan dan "assess" (menilai) begitu banyak kompetensi.
Padahal ini bukan masalah karena kita tidak perlu mengajar kompetensi-kompetensi itu masing-masing. Di dalam satu kelas kita dapat mengajar beberapa kompetensi sekalian dan juga assess beberapa kompetensi sekalian.
          Sebetulnya ada banyak definisi untuk pendidikan yang bermutu tetapi kami merasa bahwa definisi ini
dari UNICEF (di bawah) adalah cukup lengkap:
  • Pelajar yang sehat, mendapat makanan bergizi yang cukup dan siap berpartisipasi dalam proses belajar, yang didukung dalam proses pembelajaran oleh keluarga dan linkungannya.
  • Environmen yang sehat, aman, melindungi dan "gender-sensitive", dan menyediakan sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas yang cukup.
  • Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar "basic skills", khusus "literacy, numeracy and skills for life", dan pengetahuan mengenai isu-isu seperti "gender, health (kesehatan), nutrisi, HIV/AIDS prevention and peace (kedamaian)".
  • Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran "child centered" di kelas dan sekolah yang di-manage dengan baik dan di mana ada penilaian yang baik untuk melaksanakan pembelajaran dan menurunkan isu-isu perbedaan.
  • Outcomes yang termasuk pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap, dan berhubungan dengan tujuan-tujuan (goals) nasional untuk pendidikan dan partisipasi sosial yang positif.
      Kita harus sadar bahwa kesehatan adalah isu pendidikan. Itu sebabnya Pendidikan Network mempunyai bagian berita khusus "Pendidikan & Kemiskinan" karena isu-isu kemiskinan dan kesehatan adalah dua faktor yang sangat mempengaruhi mutu pendidikan (untuk semua) di negara kita.
"Environmen yang sehat" Puluhan ribu sekolah di negara kita adalah rusak atau ambruk. Kalau kita menuju pendidikan yang bermutu "untuk semua" ini harus sebagai prioritas utama terhadap keadilan di bidang pendidikan. Walapun sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas adalah isu yang sangat penting semua siswa-siswi di Indonesia berhak untuk mengakses sekolah yang aman dan nyaman.

Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar basic skills. Kurikulum adalah isu yang terus perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan siswa-siswi untuk menghadapi masa depan dengan keberanian dan kreativitas, kalau negara kita berharap kemajuan.
              Biasanya ada tiga kurikulum sebetulnya; kurikulum nasional, kurikulum daerah (mungkin konten lokal termasuk bahasa), dan kurikulum sekolah (mencerminkan keinginan dan kebutuhan lingkungan sekolah termasuk masyarakat dan industri). Kurikulum sekolah adalah isu yang sangat penting dan dapat di bentukkan dalam kegiatan ekstra-kurikular untuk menambah pembelajaran agama, sosial, kemandirian, keterampilan yang berhubungan dengan industri lokal (kejuruan).
        Kurikulum sekolah dapat sangat membantu dengan isu-isu mutu SDM.
"Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran child centered"
Apa maksudnya "child centered"? Child centered adalah sistem pembelajaran di mana fokus pembelajaran adalah dengan pelajar bukan guru. Guru sebagai fasilitator atau manajer proses pembelajaran. Misalnya di TK guru-guru sering mengajar anak-anak lewat kegiatan mainan. Di dalam kegiatan-kegiatan ini adalah pembelajaran misalnya pembelajaran isu sosial, hitung, bergambar, cerita dalam kata-kata sendiri, keterampilan kreativitas, dll.
              Yang akan paling meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah kalau kita di semua tingkat pendidikan menghidupkan/mengaktifkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), bukan isu seperti teknologi.
Teknologi Pendidikan adalah alat bantu untuk di mana ada kesempatan untuk meningkatkan mutu KBM, tetapi teknologinya harus cocok dan tidak perlu terlalu canggih. Kalau kita sering menggunakan teknologi yang sama, bila paling canggih, pelajar kita juga akan cepat mulai bosan. Sering teknologi yang paling membantu tujuan KBM  kita adalah yang
paling sederhana.
Membahas mengenai kegiatan belajar mengajar, perlu diperhatikan beberapa faktor yang mendukungnya, yaitu antara lain adalah
a.       Guru
Sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar yang bertugas mengarahkan, memberikan informasi, membimbing serta merubah situasi kelas menjadi situasi yang menyenangkan, sehingga tujuan belajar mengajar dapat tercapai dengan sempurna
b.      Murid atau peserta didik
Murid adalah objek yang menerima informasi dari guru, atau bahkan murid pun mampu menjadi sumber informasi, di era globalisasi saat ini sudah saatnya guru pun bersikap terbuka terhadap informasi yang disamapaikan oleh muridnya
c.       Sarana belajar
Sarana belajar mengajar sangat diperlukan untuk menunjang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, terutama di sekolah taman kanak-kanak yang sangat membutuhkan sarana dan juga ruang gerak yang mampu memfasilitasi kegiatan belajar mengajar mereka.
BAB III
TINJAUAN  EMPIRIS TENTANG : PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU PADA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI TKA NURUL SAFAR.

A.  Kondisi Objektif Lokasi Penelitian.
Penulis memilih lokasi penelitian dengan alasan bahwa lokasi penelitian terletak tidak jauh dengan tempat tinggal penulis, karena untuk memudahkan dalam pengumpulan data data yang dibutuhkan untuk terselesaikannya skripsi yang dibuat. Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penulis pernah mendedikasikan dirinya di sekolah tersebut, sehingga penulis dapat dengan mudah mengetahui kondisi atau seluk beluk sekolah tersebut yaitu Taman Kanak kanak Al Qur’an Nurul Safar.
Letak secara geografis TKA Nurul Safar terletak di Jalan Ibrahim Adjie,      Gg. Lumbung 1 No. 18 telepon : 022-7505394 Kelurahan. Margasari Kecamatan. Buahbatu Bandung 40287 Jawa Barat.
Di sekitar jalan Ibrahim adjie ini terdapat beberapa kontrakan-kontrakan atau kamar-kamar yang disewakan untuk keluarga kecil, yang baru mempunyai satu anak balita. Terutama di gg.lumbung yang letaknya berdekatan dengan TKA Nurul Safar. Sehingga pemilik sekolah atau kepala sekolah pada saat itu tergerak hatinya untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan bagi anak-anak balita yang ada di sekitar tempat tersebut.
Mengingat pentingnya pendidikan di usia dini maka terbentuklah sebuah sekolah yang sederhana dan cukup banyak peminatnya. Di tahun pertama sekolah ini memiliki satu kelas yang dilaksanakan pagi hari, pada awalnya pelaksanaan proses belajar mengajar adalah sore hari, namun mengingat kondisi anak-anak yang tidak memungkinkan diadakan sore hari maka dirubah jadwal menjadi pagi. Dan bertepatan dengan pengajar yang harus meneruskan studinya di perguruan tinggi, untuk mendukung kualitasnya dalam mengajar, yang pada saat itu perkuliahannya dilakukan siang hari, sehingga tidak memungkinkan untuk mengajar di sore hari.
Proses belajar mengajar yang dilakukan relatif singkat namun tetap memenhi standar yang ditentukan bagi anak usia dini. Baru pada tahun ke dua sekolah ini memiliki dua kelas yaitu tingkat A dan tingkat B, yang pada akhirnya di tahun ke tiga meningkat menjadi tiga kelas yaitu kelas A , B1 dan B2 sampai saat ini peminatnya cukup banyak, namun pihak sekolah membatasi penerimaan murid, karena agar mengoptimalkan proses belajar yang dilakukan.
Pengajar yang dibuthkan disetiap kelas adalah dua orang, karena dalam menangani anak di usia dini haruslah fokus dan terarah, agar proses belaja mengajar yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan.
Masyarakat sekitar sekolah pun sudah member tanggapan yang positif terhadap sekolah ini, mengingat lulusan-lulusan atau output dati TKA Nurul Safar tidak kalah bersaing dibanding dengan lulusan – lulusan TK sekitarnya yang dinilai masyarakat bagus. Berhubungan dengan sekolah dasar (SD) yang saat ini menuntut calon muridnya harus sudah bisa membaca menulis dan berhitung maka para orangtua hanya memilih sekolah yang didalamnya terdapat kurikulum tersebut, yaitu baca tulis hitung (calistung), di TKA Nurul Safar kurikulum ini memang tidak diterapkan secara mendalam, melainkan hanya berupa latihan – latihan yang dilakukan setiap hari di dalam proses belajar mengajar berupa rangsangan atau stimulus terhadap hal – hal yang berhubungan dengan menulis membaca dan berhitung. Bagi mereka yang akan masuk ke jenjang sekolah dasar (SD) biasanya diadakan les khusus bagi mereka yang berminat dan biasanya diadakan dua atau tiga bulan sebelum masuk ke sekolah dasar (SD).

1. Kondisi Sekolah dan Pegawai
Kondisi sekolah dan kepengurusan di TKA Nurul Safar pada tahun-tahun pertama, belum tersusun dengan baik, mengingat sekolah yang dibentuk masih dikelola oleh keluarga atau pribadi. Sehingga belum memiliki struktur atau organigram kepengurusan, baru setelah dua atau tiga tahun berjalan, dibentuklah sebuah kepengurusan yang jelas, namun masih tetap melibatkan keluarga dalam kepengurusannya, pemilik dan pengelola adalah orang yang sama yang dikepalai oleh seorang pemilik tunggal yaitu ibu Dra. Merry Rusnaini, beliau adalah pemilik rumah sekaligus menjadi pengelola dan Kepala Sekolah di TKA Nurul Safar.

2. Kondisi Tenaga Pengajar
Kondisi tenaga pengajar di TKA Nurul Safar bervariasi, pengajar yang sekaligus pendidik merupakan lulusan sekolah berbasis Islam, misalnya dari lulusan sekolah asrama (boarding school) Tashfia dan dari organisasi Islam yang senantiasa mengemban amanh ummat dalam mencerdaskan dan menyolehkan masyarakat serta lingkungan. Pengajar di TKA Nurul Safar mempunyai daya kretativitas yang baik, walaupun mereka mendapatkannya dengan cara belajar otodidak (belajar sendiri dari pengalaman). Melihat kesungguhan dan keuletan dari tenaga pengajarnya, maka tidak salah jika TKA Nurul Safar dapat member output yang baik di masyarakat umumnya dan peserta didik pada khususnya.
Jumlah pengajar di TKA Nurul Safar adalah sebanyak 4 (empat) orang, yaitu 1 (satu) guru untuk kelas A, dan 3 (tiga) orang guru untuk mengajar di kelas B, pengajar yang ada saling membantu satu sama lain, mengingat penanganan pada anak harus ditanganai oleh guru pendamping, maka para pengajar membagi tugasnya masing-masing untuk dapat saling membantu.
Sedangkan pegawai yang ada di TKA Nurul Safar adalah sebanyak 2 (dua) orang, yaitu Kepala Sekolah dan Tenaga Administrasi yang juga merupakan kerabat pengelola sekolah.
Kualitas tenaga pengajar, dapat memberi dampak yang baik terhadap keberlangsungan proses belajar  mengajar di TKA Nurul Safar. Oleh karena itu sudah sepatutnya kualitas pengajar ditingkatkan, misalnya dengan memberikan pengarahan ataupun penataran – penataran yang berhubungan dengan kegiatannya dalam mengajar. Memahami psikologi anak usia dini, mengembangkan kreativitas dan lain – lain.
Hal ini yang kurang diperhatikan oleh Kepala Sekolah sebagai pengelola sekolah sekaligus sebagai penanggungjawab dalam kegiatan belajar mengajar di TKA Nurul Safar, sehingga ini yang menjadi kendala bagi setiap pengajar.
Pengajar bukanlah pendidik, pengajar berasal dari kata ‘ajar’ ditambah awal ‘peng’ yang berarti orang yang bertugas mengajar atau memberi pengajaran. Dalam pengertian lebih lanjut, pengajar adalah orang yang bertugas memberi tahu (ajar) cara atau ilmu atau paham atau sesuatu yang baru kepada peserta ajar (pelajar) atau mendampingi untuk belajar, hingga bisa melaksanakan hal yang baru tersebut. Biasanya peserta ajar sudah memiliki dasar pengetahuan (tidak dari nol), maka segala akibat positif atau negatif dari hasil ajar tersebut bukan lagi menjadi tanggung jawab pengajar.
Sedangkan pendidik berasal dari kata ‘didik’ ditambah awalan ‘pen’ yang berarti orang yang bertugas mendidik untuk sesuatu yang baru (ilmu/paham/ pengetahuan/ ajaran), dimana peserta didik tersebut tidak memahami sama sekali, sehingga pendidik juga berkewajiban memberi tahu asal ilmu, sebab akibat dan tujuan dari pendidikan yang diberikan. Karena itulah seorang pendidik bertanggung jawab atas hasil yang dicapai anak didiknya termasuk perkembangan dalam menerapkan pengetahuan tersebut, ada nilai pendampingan.
Pengajar di TKA Nurul Safar berharap mampu menjadi pengajar dan pendidik yang baik, sesuai dengan hal yang dikemukakan diatas.
3. Kondisi Siswa
Peserta didik di TKA Nurul Safar yang telah lulus sampai dengan angkatan ke VI (enam) adalah kurang lebih, 180 (seratus delapan puluh) anak.
Pendaftar setiap tahunnya rata-rata mencapai 30 (tiga puluh) anak,
4. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia, bisa dikatakan cukup memadai bagi keberlangsungan proses belajar mengajar anak usia dini, misalnya disediakannya :
a. Sarana bermaian berupa : ayunan dan jungkitan
b. Sarana kreativitas berupa : mainan-mainan edukatif seperti puzzle dll
c. Sarana audio visual berupa : video dan computer
5. Administrasi
Pengelolaan administrasi di TKA Nurul Safar, belum memenuhi standar administrasi yang ideal, karena pengelolaannya oleh keluarga sehingga tidak ada transfaransi terhadap pihak pengajar.
6. Kendala – kendala yang dihadapi
Kendala yang dihadapi setiap sekolah tentu bervariasi, seperti halnya di TKA  Nurul Safar, mengalamai kendala di aspek dana, mengingat sekolah yang didirikan hanya mengandalkan dari dana setiap pendaftar yang masuk, jika pengelolaannya kurang baik, maka akan terjadi kepincangan. Segala puji bagi Allah yang Maha Memberi kecukupan, hingga sampai saat ini sekolah masih mampu berdiri dan setahap demi setahap mengalami kemajuan.
Pengadaan sarana dan prasarana seperti seragam, alat tulis, alat peraga dan lain lain selalu dapat terpenuhi dengan dana yang tersedia. Walaupun sebetulnya dana yang harus diterima dari pendaftar belum sepenuhnya, namun sekolah masih mampu menutupii kebutuhan tersebut.
Tempat atau sarana belajar yang relative sempit, terkadang menjadi kendala, namun dengan kreativitas guru atau pengajar kendala seperti ini mampu diatasi, misalnya dengan mengajak anak-anak belajar di luar area sekolah, misalnya di lapangan terbuka atau di halaman sekolah yang bisa dikatakan cukup luas. Pengelola pun terkadang berkeinginan memperluas lahan sekolah atau siapa saja yang rela mewakafkan lahannya untuk dijadikan sekolah dan itu merupakan cita-cita yang terpendam selama ini.




B.  Realitas Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Guru
Di antara pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. Hal ini karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kegiatan lembaga pendidikan sekolah di samping diatur oleh pemerintah, sesungguhnya sebagian besar ditentukan oleh aktivitas kepala sekolahnya. Menurut Pidarta (1990), kepala sekolah merupakan kunci kesuksesan sekolah dalam mengadakan perubahan. Sehingga kegiatan meningkatkan dan memperbaiki program dan proses pembelajaran di sekolah sebagian besar terletak pada diri kepala sekolah itu sendiri. Pidarta (1997) menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki peran dan tanggungjawab sebagai manajer pendidikan, pemimpin pendidikan, supervisor pendidikan dan administrator pendidikan.
Menurut  penjelasan dari Kepala Sekolah TKA Nurul Safar, mengenai peranannya di TKA Nurul Safar belum optimal, disebabkan oleh keterbatasannya dalam berbagai aspek, seperti dana, waktu dan juga pengelolaan , mengingat kesibukannya yang juga sebagai tenaga pengajar di TK Umum Dewi Sartika, membuatnya sulit membagi waktu untuk mengelola TKA Nurul Safar secara menyeluruh.(wawancara dengan Kepala Sekolah. 10/07/10).
            Pengelolaan yang kurang optimal membuat kondisi sekolah TKA Nurul Safar mengalami kesulitan untuk mendapat ijin operasional dari pemerintah baik itu Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional, yang dampak adalah berpengaruh terhadap kesejahteraan para tenaga pengajar. Tugas – tugas yang berhubungan dengan Kepala Sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di sekolah yaitu sebagai berikut :
a.Manager
Kepala sekolah sebagai manajer di sekolah. Tugas manajer pendidikan adalah merencanakan sesuatu atau mencari strategi yang terbaik, mengorganisasi dan mengkoordinasi sumber-sumber pendidikan yang masih berserakan agar menyatu dalam melaksanakan pendidikan, dan mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kepala Sekolah memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan, karena atas perannya sebagai manajer di sekolah dituntut untuk mampu : (1) mengadakan prediksi masa depan sekolah, misalnya tentang kualitas yang diinginkan masyarakat, (2) melakukan inovasi dengan mengambil inisiatif dan kegiatan-kegiatan yang kreatif untuk kemajuan sekolah, (3) menciptakan strategi atau kebijakan untuk mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut, (4) menyusun perencanaan, baik perencanaan strategis maupun perencanaan operasional, (5) menemukan sumber-sumber pendidikan dan menyediakan fasilitas pendidikan, (6) melakukan pengendalian atau kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan dan hasilnya.
b.Pemimpin
Menurut Lipoto (1988) peranan kepemimpinan kepala sekolah adalah sebagai: (1) figurehead (symbol); (2) leader (memimpin; (3) liason (antara); (4) monitor memonitor; (5) disseminator (menyebarkan) informasi; (6) spokesmen (juru bicara); (7) entrepreneur ( wiraswasta); (8) Disturbance handler ( menangani gangguan); (9) Resource allocator e (pengumpul dana); (j) negotiator ( perunding).
Lebih lanjut Lipoto (1988) mengatakan bahwa sebagai pemimpin, maka kepala sekolah harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar dan sukarela melaksanakan kewajibannya secara baik sesuai dengan apa yang diharapkan pimpinan dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan kepala sekolah terutama ditujukan kepada para guru karena merekalah yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan. Namun demikian, kepemimpinan kepala sekolah juga ditujukan kepada para tenaga kependidikan lainnya serta siswa.
Hal senada dikatakan Wahjosumidjo (2001), peran kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah memiliki tanggung jawab menggerakkan seluruh sumberdaya yang ada di sekolah sehingga melahirkan etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan. Hick (dalam Wahjosumido, 2001) berpendapat bahwa untuk dapat menjadi pemimpin sekolah yang baik, kepala sekolah harus : (1) adil, (2) mampu memberikan sugesti (suggesting), (3) mendukung tercapainya tujuan (supplying objectives), (4) mampu sebagai katalisator, (5) menciptakan rasa aman (providing security), (6) dapat menjadi wakil organisasi (representing), (7) mampu menjadi sumber inspirasi (inspiring), (8) bersedia menghargai (prising).
Dalam pelaksanaannya, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah, (Departemen Pendidikan Nasional, (2000) sangat dipengaruhi hal-hal sebagai berikut: (1) Kepribadian yang kuat; kepala sekolah harus mengembangkan pribadi agar percaya diri, berani, bersemangat, murah hati, dan memiliki kepekaan sosial. (2) Memahami tujuan pendidikan dengan baik; pemahaman yang baik merupakan bekal utama kepala sekolah agar dapat menjelaskan kepada guru, staf dan pihak lain serta menemukan strategi yang tepat untuk mencapainya. (3) Pengetahuan yang luas; kepala sekolah harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang yang lain yang terkait. (4) Keterampilan professional yang terkait dengan tugasnya sebagai kepala sekolah, yaitu: (a) keterampilan teknis, misalnya: teknis menyusun jadwal pelajaran, memimpin rapat. (b) keterampilan hubungan kemanusiaan, misalnya : bekerjasama dengan orang lain, memotivasi, guru dan staf (c) Keterampilan konseptual, misalnya mengembangkan konsep pengembangan sekolah, memperkirakan masalah yang akan muncul dan mencari pemecahannya.
Dalam masalah ini Wahjosumidjo (2001) berpendapat, bagi kepala sekolah yang ingin berhasil menggerakkan para guru/staf dan para siswa agar berperilaku dalam mencapai tujuan sekolah adalah: (1) menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap guru, staf dan para siswa; (2) harus mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa, dengan cara meyakinkan dan membujuk. Meyakinkan (persuade) dilakukan dengan berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa apa yang dilakukan adalah benar. Sedangkan membujuk (induce) adalah berusaha meyakinkan para guru, staf dan siswa bahwa apa yang dilakukan adalah benar.
Pemimpin yang efektif selalu memanfaatkan kerjasama dengan para bawahan untuk mencapai cita-cita organisasi (Pidarta, 1990). Disamping itu menurut Mulyasa (2002), kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang; (1) mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif; (2) dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan; (3) mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan; (4) berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah; (5) bekerja dengan tim manajemen; (6) berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
c.Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator dalam lembaga pendidikan mempunyai tugas-tugas antara lain : melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan terhadap bidang-bidang seperti ; kurikulum, kesiswaan, kantor, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, dan perpustakaan. Jadi kepala sekolah harus mampu melakukan; (1) pengelolaan pengajaran; (2) pengelolaan kepegawaian; (3) pengelolaan kesiswaan; (4) pengelolaan sarana dan prasarana; (5) pengelolaan keuangan dan; (6) pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat.
d. Supervisor
Supervisi merupakan kegiatan membina dan dengan membantu pertumbuhan agar setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan profesinya. Menurut Sahertian (2000), supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara berkelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran dengan tujuan memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas.
Supervisi merupakan pengembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang pada akhirnya perkembangan siswa. Itu perbaikan situasi belajar mengajar bertujuan untuk : (1) menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas agar siswa dapat mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan secara optimal, (2) menyeleksi fasilitas belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas, (3) mengkoordinasikan kemauan siswa mencapai tujuan pendidikan, (4) meningkatkan moral siswa.
Lebih lanjut Ngalim Purwanto (1987) mengemukakan bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sekolah maupun guru, oleh karena itu program supervisi harus dilakukan oleh supervisor yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mengadakan hubungan antar individu dan keterampilan teknis. Supervisor di dalam tugasnya bukan saja mengandalkan pengalaman sebagai modal utama, tetapi harus diikuti atau diimbangi dengan jenjang pendidikan formal yang memadai.
Beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan penyelenggara pendidikan yang juga, yaitu : (1) menjadi manajer lembaga pendidikan, (2) menjadi pemimpin, (3) sebagai penggerak lembaga pendidikan, (4) sebagai supervisor atau pengawas, (5) sebagai pencipta iklim bekerja dan belajar yang kondusif. Sesuai dengan peran dan tugas-tugas di atas, kepala sekolah sebagai manajer sekolah dituntut untuk dapat menciptakan manajemen sekolah yang efektif.   
C.  Realitas Kualitas Guru dalam Mengajar di TKA Nurul Safar
Kualitas guru di TKA Nurul Safar memiliki kualitas yang cukup baik, mereka mengajar sangat bersemangat, orangtua murid pun memberikan penilaian yang baik terhadap cara mengajar guru-guru di TKA Nurul Safar, walaupun sebenarnya pengajar tidak memiliki dasar mengajar di pendidikan usia dini, mengingat latar belakang pendidikan yang berbeda.
Salah satu pengajar di TKA Nurul Safar adalah lulusan Sarjana Teknik Elektro dari UPI, beliau mampu mengajar dengan baik dengan bekal pengalaman dan belajar otodidak mengenai kreativitas dan hal- hal lain yang berhubungan dengan pembelajran anak usia dini.
Pengajar lainnya berasal dari sekolah asrama, yang mampu menerapkan kedisiplinan tinggi terhadap anak – anak didik di TKA Nurul Safar, dengan keberagaman latar belakang tenaga penagajar yang ada, membuat dan menciptakan situasi dan kondisi sekolah menjadi lengkap dan saling melengkapi.
Pengajar bukanlah pendidik, pengajar berasal dari kata ‘ajar’ ditambah awal ‘peng’ yang berarti orang yang bertugas mengajar atau memberi pengajaran. Dalam pengertian lebih lanjut, pengajar adalah orang yang bertugas memberi tahu (ajar) cara atau ilmu atau paham atau sesuatu yang baru kepada peserta ajar (pelajar) atau mendampingi untuk belajar, hingga bisa melaksanakan hal yang baru tersebut. Biasanya peserta ajar sudah memiliki dasar pengetahuan (tidak dari nol), maka segala akibat positif atau negatif dari hasil ajar tersebut bukan lagi menjadi tanggung jawab pengajar.
Sedangkan pendidik berasal dari kata ‘didik’ ditambah awalan ‘pen’ yang berarti orang yang bertugas mendidik untuk sesuatu yang baru (ilmu/paham/ pengetahuan/ ajaran), dimana peserta didik tersebut tidak memahami sama sekali, sehingga pendidik juga berkewajiban memberi tahu asal ilmu, sebab akibat dan tujuan dari pendidikan yang diberikan. Karena itulah seorang pendidik bertanggung jawab atas hasil yang dicapai anak didiknya termasuk perkembangan dalam menerapkan pengetahuan tersebut, ada nilai pendampingan.
Pengajar di TKA Nurul Safar pun berharap mampu berkembang dan berdedikasi lebih optimal, apabila mendapat dukungan dari Kepala Sekolah berupa kesempatan mengikuti pelatihan- pelatihan atau penataran- penataran guru.
Pertanyaan yang sempat dikemukakan terhadap tenaga pengajar di TKA Nurul Safar, menginginkan kesempatan untuk berkembang dan berharp kesejahteraan dapat ditingkatkan, agar kami lebih bersemanagt mengajar, walaupun samapai saat ini kami mendapat fasilitas  kenyamanan dari Kepala Sekolah, berupa rasa kekeluargaan yang begitu harmonis, rasanya tidak salah jika kami mendapat apresiasi. (wawancara dengan salah satu guru TKA Nurul Safar .10/07/10).
Mengajar adalah merupakan kepuasan batin, kebahagiaan peserta didik adalah kebahagiaan guru atau pengajar, mereka yang mengajar dengan tulus dan ikhlas membuat suasana belajar menjadi ceria dan menyenangkan. Kreativitas selalu muncul dari setiap guru, walaupun tidak ditunjang dengan alat atau bahan yang istimewa, karena daya kreativitas yang tinggi dari setiap guru, mereka mampu mengandalkan bahan seadanya yang disediakan oleh sekolah menjadi suatu karya yang sangat membanggakan.
D. Realitas Belajar Peserta Didik di TKA Nurul Safar
1. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik di TKA Nurul Safar yang telah lulus sampai dengan angkatan ke VI (enam) adalah kurang lebih, 180 (seratus delapan puluh) anak.
Pendaftar setiap tahunnya rata-rata mencapai 30 (tiga puluh) anak, walaupun terhitung sedikit dibandingkan dengan sekolah- sekolah lain, ini memudahkan sekolah TKA Nurul Safar dalam mengelola pengadaan alat-alat tulis dan seragam.
Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik untuk di didik.
Sesuai dengan fitrahnya manusia adalah makhluk berbudaya, yang mana manusia dilahirkan dalam keadaan yang tidak mengetahui apa-apa dan ia mempunyai kesiapan untuk menjadi baik atau buruk.
2. Kebutuhan Peserta Didik
Pemenuhan kebutuhan siswa disamping bertujuaan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi pelajaran yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan biasanya menjadi lebih menarik. Dengan demikian akan membantu pelaksanaan proses belajar-mengajar. Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain :
a.       Kebutuhan Jasmani
      Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah.
b.      Kebutuhan Rohaniah
Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan siswa yang bersifat rohaniah
c.       Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesasama peserta didik dan Pendidik serta orang lain. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, beradaptasi, bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan.
d.      Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Dan peserta didik memiliki minat serta kecakapan yang berbeda beda. Untuk mengembangkannya bisa ciptakan pelajaran-pelajaran ekstra kurikuler yang dapat dipilih oleh siswa dalam rangkan mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya.
3. Peserta Didik Sebagai Subjek Belajar
Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Didalam proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik. Itulah sebabnya peserta didik merupakan subjek belajar. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh peserta didik sebagai subjek belajar yaitu :
  1. Memahami dan menerima keadaan jasmani
  2. Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
  3. Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa
  4. Mencapai kematangan Emosional
  5. Menuju kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
  6. Mencapai kematangan intelektual
  7. Membentuk pandangan hidup
  8. Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.
4.  Hakikat Peserta Didik Sebagai Manusia
Ada beberapa pandangan mengenai Hakikat Peserta Didik Sebagai Manusia yaitu:
a.       Pandangan Psikoanalitik
Beranggapan bahwa manusia pada hakiktanya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif.
b.      Pandangan Humanistik
Berpendapat bahwa manusia memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif. Oleh karenanya dikatakan bahwa manusia itu selalu berkembang dan berubah untuk menjadi pribadi yang lebih maju dan sempurna
c.       Pandangan Martin Buber
Berpendapat bahwa hakikat manusia tidak dapat dikatakan ini atau itu. Manusia merupakan suatu keberadaan yang berpotensi, namun dihadapkan pada kesemestaan alam, sehingga manusia itu terbatas.

d.      Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya menganggap bahwa manusia spenuhnya adalah makhluk reaktif yangtingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.
5. Pengembangan Individu Peserta Didik
Tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan “Manusia Seutuhnya” maksudnya yaitu manusia yang lengkap, selaras, serasi dan seimbang perkembangan semua segi kepribadiannya. Manusia seutuhnya adalah individu-individu yang mampu menjangkau  segenap hubungan dengan tuhan, dengan lingkungan atau alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial yang kontruktif dan dengan dirinya sendiri. Individu-individu yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu baik undur akal pikiran, perasaan, moral dan keterampilan (cipta, rasa dan karsa), jasmani maupun rohani  yang berkembang secara penuh.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik



  • Aliran Natifisme
Perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor bawaan dan keturunan. Contohnya : wajah dan perilaku seseorang akan berkembang sesuai dengan wajah dan perilaku orang tuanya.
  • Aliran Empirisme
Perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor luar atau lingkungan.
  • Aliran Konvergensi
Perkembangan individu dipengaruhi baik oleh faktor bawaan maupun oleh faktor lingkungan.
6.  Karakteristik Peserta Didik
Karakteristik peserta didik adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-cintanya. Dengan demikian, penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik itu sendiri.
Ada tiga hal hal yang perlu diperhatikan dalam karakteristik peserta didik yaitu:
  1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau Prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berfikir,mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor dan lainnya.
  2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial (socioculture)
  3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Pengetahuan mengenai karakteristik peserta didik ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar mengajar. Terutama bagi guru, informasi mengenai karakteristik peserta didik senantiasa akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaranyang lebih baik, yang dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap peserta didik.
Adapun Karakteristik Peserta Didik yang mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik antara lain:
  • Kondidi fisik
  • Latar belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan
  • Gaya belajar
  • Usia
  • Tingkat kematangan
  • Ruang lingkup minat dan bakat
  • Lingkungan sosial ekonomi dan budaya
  • Faktor emosional
  • Faktor komunikasi
  • Intelegensia
  • Keselaran dan attitude
  • Prestasi belajar
  • Motivasi dan lain-lain.
Kondisi peserta didik di TKA Nurul Safar beragam, sesuai dengan materi diatas bahwa sesungguhnya hal – hal tersebut yang telah diuraikan adalah benar terjadi dan merupakan hal yang perlu dibenahi bersama – sama, tidak hanya oleh kepala sekolah, guru ataupun orang tua melainkan seluruh anggota masyarakat harus terlibat juga dalam proses pendidikan, terlebih pendidikan di usia dini yang sangat mengandalkan keteladanan dari setiap individu atau anggota masyarakat serta lingkungan sekitarnya.
Anak didik di TKA Nurul Safar, merasa senang dan gembira belajar di TKA Nurul Safar, karena banyak mainan, banyak teman dan guru- gurunya baik (wawancara dengan peserta didik.10/07/10) pengakuan yang penulis terima dari peserta didik, mereka yang mampu belajar di tengah keterbatasan ruang dan sarana yang seadanya tetap merasakan kegembiraan. Tentunya karena sentuhan kasih dan sayang dari seorang guru yang berhati tulus dan ikhlas.
Keceriaan yang terlihat dari peserta didik di TKA Nurul Safar, menggambarkan suasana yang nyaman di sekolah, mereka dididik untuk memiliki akhlaq yang baik, menghormati orangtua, guru dan teman sebayanya, termasuk melatih jiwa syukur pada peserta didik, dengan segala keterbatasan mereka mampu menjalanai proses belajar mengajar dengan gembira dan mendapatkan hasil yang bisa dibanggakan oleh dirinya, orangtuanya dan juga pendidiknya.
Kondisi peserta didik merupakan indikator keberhasilan sekolah, jika mereka memiliki kemampuan yang sesuai dengan perkembangannya, maka secara otomatis merupakan keberhasilan pihak sekolah dalam kegiatan belajar mengajar.
Keberhasilan yang telah dicapai oleh TKA Nurul Safar adalah mampu mencetak lulusannya siap masuk ke jenjang Sekolah Dasar (SD) yaitu memiliki kemampuan Membaca, Menulis dan Berhitung (Calistung).
Kemampuan yang dicapai membuat TKA Nurul Safar dikenal oleh masyarakat sekitar, terutama orangtua yang memiliki anak di usia dini, mereka banyak yang berminat untuk menyekolahkan putra putrinya di TKA Nurul Safar, dengan alasan agar anaknya memiliki kemampuan Membaca, Menulis dan Berhitung untuk persyaratan masuk ke Sekolah Dasar (SD).
Potensi lain yang dimiliki peserta didik di TKA Nurul Safar adalah memiliki akhlaq dan budi pekerti yang baik, karena pembiasaan yang diajarkan oleh para guru dan kerjasama orangtua dirumah dalam mendidik anak-anaknya.
Pengajar menganggap peserta didik  merupakan modal atau investasi masa depan yang harus dipupuk dengan baik dan benar, baik itu segi intelektual maupun emosional dan spiritualnya. Sehingga memicu para pengajar untuk mengajar dengan penuh rasa tanggungjawab.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebuah peran akan menjadi bernilai baik apabila dapat dijalankan dengan baik, siapapun yang mampu menjalankan dengan penuh kesungguhan akan menghasilkan suatu hal yang membanggakan, bahkan menguntungkan bagi dirinya maupun bagi orang di sekitarnya.
Berbicara mengenai peran, maka berhubungan dengan tanggung jawab dan juga pengabdian. Siapapun harus mampu menjalankan peran sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya
Peran kepala sekolah yang dibahas oleh penulis adalah bagaimana seorang kepala sekolah mampu memimpin sekolah, yang didalamnya mencakup guru, murid dan orangtua siswa. Dalam hal ini penulis menitikberatkan pada bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru. Kulaitas guru yang pada intinya mampu menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik dan sebagai seorang pengajar.
Kualitas guru yang diharapkan adalah mampu menjadi pendidik dan pengajar yang baik. Menghasilkan anak didik yang berkualitas baik secara moral maupun spiritual. Oleh karena itu perlu adanya peran kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah atau lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas guru di sekolah yang dipimpinnya.
Dengan memperhatikan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah dalam memberdayakan guru mencakup hal-hal berikut :
  1. Pelimpahan wewenang berdasarkan kemampuan guru.
  2. Mempermudah aturan/prosedur, menyelesaikan konflik dan hambatan lainnya untuk mendukung tugas guru.
  3. Memberikan arahan, bimbingan dan konsultasi serta menjelaskan apa yang diharapkan dari kepemimpinan kepala sekolah.
  4. Menghargai kontribusi setiap guru dan memberikan motivasi untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal.
  5. Mendorong guru untuk berani mengemukakan pendapat, saran atau memberikan kritik dalam berbagai kesempatan.
  6. Memfasilitasi para guru dalam membuat perencanaan dan pengambilan keputusan.
  7. Tidak mengambil tanggung jawab yang menjadi kewenangan guru.
  8. Memiliki inisiatif dan siap menghadapi resiko.
  9. Bertindak realistis dan dipandu oleh nilai-nilai kebenaran dalam mewujudkan visi sekolah.
  10. Memberikan pelatihan dan teknologi yang diperlukan guru.
  11. Bekerjasama dan menjalin hubungan dengan guru berbasis kepercayaan (trust best relationship).
  12. Menciptakan rasa aman dan kepuasan bagi guru.
B. Saran
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, mendukungnya untuk lebih maju merupakan suatu kewajiban setiap anggota masyarakat terutama Kepala Sekolah yang menjadi pemimpinnya dalam lingkungan sekolah. Mendukung kemajuan seorang guru berarti telah berinvestasi untuk kemajuan bangsa dan negara, karena apabila kualitas guru baik akan menunjang terciptanya negara dan masyarakat yang cerdas dan berkualitas baik pula.
Menjadi pemimpin yaitu Kepala Sekolah, memiliki tanggungjawab yang besar, selain ia menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, ia juga harus mampu membimbing, mengarahkan serta meningkatkan kualitas guru- guru yang ada disekolah yang dipimpinnya.
Saran yang ingin penulis sampaikan adalah, mengingat kualitas guru yang ada di Taman Kanak- Kanak Al Qur;an Nurul Safar yang harus ditingkatkan maka sebagai seorang Kepala Sekolah sebaiknya memiliki kepekaan secara emosional terhadap kebutuhan para guru. Misalnya memperhatikan kebutuhan pribadi seorang guru seperti sebagai berikut :
1.    Kebutuhannya akan informasi baru tentang pendidikan usia dini, yang mampu menunjang keberlangsungan dalam kegiatan belajar mengajar.
2.    Memberikan kesempatan guru untuk berkembang.
3.    Memperhatikan ketersediaannya sarana dan prasarana sekolah sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar yang mampu memudahkan guru dalam mengajar.
4.    Meningkatkan komunikasi yang erat antara guru, orangtua siswa dan siswa atau anak didik.
5.    Menjaga keharmonisan dengan anggota masyarakat yang berada di lingkungan sekitar sekolah, yang tujuannya adalah agar ada kerjasama yang baik dalam rangka menciptakan lingkungan yang kondusif, edukatif dan agamis.
Saran yang telah penulis sampaikan, adalah sebagai wujud kepekaan dan harapan terhadap kemajuan dunia pendidikan yang khususnya, untuk Taman Taman Kanak kanak Nurul Safar dan umumnya untuk lembaga pendidikan lainnya yang bercita-cita mewujudkan pendidikan yang baik dan berkualitas.
Kepala sekolah yang memiliki peran sebagai motivator dan fasilitator diharapkan mampu mendukung dan menyediakan sarana dalam tercapainya kualitas pendidikan yang baik. Terutama dalam meningkatkan kualitas guru, sudah sepatutnya seorang kepala sekolah mengikutsertakan para gurunya untuk mengikuti penataran, pembekalan, seminar – seminar yang berhubungan dengan pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini.
Peran serta kepala sekolah dalm meningkatkan kualitas guru sangatlah dibutuhkan, untuk meningkatkan kinerja yang baik dan juga untuk meningkatkan pengetahuan di bidang pendidikan anak usia dini. Karena kualitas guru yang baik dapat mempengaruhi output atau peserta didik yang baik pula.
-
DAFTAR PUSTAKA

§   Ali imron, Pembinaan Guru di Indonesia, ( Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995)
§   http://www.surya.com. Loging tanggal 30 Maret 2008
§   E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007)
§   Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1999)
§   P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)
§   Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1996)
§   Rulam Ahmadi, Memahami Metodologi, 106
§   ratnaariani.wordpress.com/2009/04/.../pengajar-vs-pendidik/
§   zoel.web.id/2009/11/makalah-peserta-didik/ -
§   Muhammad Sholeh, M.Pd Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama) Last update : Thursday, 15 November 2007
§   Stogdill dalam Gaya Kepemimpinan Pendekatan Bakat Situasional (Rustandi; 1985: h. 46)
§   The Manager’s Job Folklor and Fact (Rustandi : 1985 : h. 47).
§   Indra, Hasbi, “Peran Guru…, http://www.ditpais.net.
§   Muhammad Idrus, “GURU PAI: Antara Peran dan Kompetensi” Jum’at, 06 September 2007
§    login 30 Maret 2008, http://www.ditpais.net
§   Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, 216
§   P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, 62
§    Rulam Ahmadi, Memahami Metodologi, 106
§    Nana Sujana, Menyusun Karya Tulis Ilmiah, Untuk Memperoleh   
 Angka Kredit (Bandung :Sinar Baru, 1992), 7
§    Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, 186
§    Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta : Andi Offset, Jilid   
 II), 193
§   Rulam Ahmadi, Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif, (Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press), 2005), 71